Sering Romo John katakan bahwa karya misinya di Indonesia tidaklah genap 28 tahun, karena beliau harus meninggalkan Indonesia selama 3 bulan dari tahun 1999-2004 untuk menjadi Animator de Mazenod Experience di Aix-en-Provence, Perancis. "Saya selalu merasa bersalah untuk meninggalkan tugas dan pekerjaan saya selama tiga bulan setiap tahunnya, tapi ada juga terpikir bahwa hal ini adalah suatu kesempatan baik bagi umat maupun dewan paroki untuk dapat menjadi self-responsible, bertanggung jawab pada diri sendiri".
Pengalaman spiritual yang membekas dalam pada diri Romo John terjadi saat beliau menemani Romo Mario Bertoli, OMI (Provinsial pertama OMI Indonesia) di saat-saat terakhir hidupnya. "Dalam hari-hari terakhir Romo Mario, kami selalu mempersembahkan Misa Kudus di kamarnya. Kata-kata Konsekrasi menjadi begitu punya makna dalam buat saya. 'Inilah tubuhKu yang diserahkan bagimu'. Romo Mario telah menghabiskan banyak waktu hidupnya untuk karya misionaris dan hal itu terus berlangsung hingga saat-saat akhirnya. Itulah yang saya rasakan akan saya lakukan juga. Maka sejak saat itu saya pun mengambil kata-kata Konsekrasi itu sebagai kata-kata imamat saya: 'Inilah tubuhku yang diserahkan bagimu'.", begitu Romo John berujar saat memperingati empat puluh tahun Tahbisan Imamatnya di tahun 2007.
"Saya tidak muda lagi. Yang bisa saya lakukan adalah memberikan dorongan dan semangat kepada yang muda-muda supaya kelak dapat menjadi tangan-tangan Tuhan yang tangguh", begitu Romo John memandang perannya dalam Tim Formasi OMI Indonesia. Empat tahun yang lalu, aas restu Provinsial OMI Indonesia, Romo John meluncurkan program "Sahabat Seminar" untuk menggalang dana kebutuhan formasi para calon OMI (Seminari Tinggi OMI dan Novisiat OMI). Program ini mencoba merangkul para umat di paroki yang dilayani OMI khususnya untuk ikut peduli dan berperan serta dalam mempersiapkan imam/bruder OMI di masa datang.
Sejak April 2010 Romo John memang lebih banyak menghabiskan waktunya di Australia Barat guna menjalani serangkaian pengobatan bagi kedua kakinya. Kembali ke Indonesia di bulan Oktober 2010, Romo John mulai membereskan segala kerjanya di Indonesia dan mulai berpamitan. "Tentu lebih enak di Australia, tetapi di Indonesialah saya ingin selalu berada. Selama saya diperlukan dan selama kesehatan saya memampukan saya untuk berkarya", ujar Romo John saat ngobrol santai dengan penulis. Pada kenyataannya, Romo John yang punya hobi berlayar ini lebih memilih untuk kembali ke Australia karena masalah pada kedua kakinya yang memerlukan pengobatan panjang. Well, Romo John, what can we say? Hanya doa-doa yang dapat kami panjatkan untuk kesehatan dan karya Romo selanjutnya di Negeri Kanguru. Wishing you good luck, Romo John!
Catatan:
Ada tiga foto melengkapi artikel ini: foto pertama, Romo John berpose (dengan menggunakan masker) saat bencana Gunung Merapi; foto kedua, Romo John bersama Kelompok Swadaya Perempuan (KSP) Yogyakarta yang dia dampingi; foto ketiga, Romo John dan kenang-kenangan dari komunitas WDM (Wisma de Mazenod).
No comments:
Post a Comment